Thursday, March 20, 2014

Keramahan Dokter

Kalau selama ini image seorang dokter itu kaku tak terjangkau dengan ruang praktek yang terkesan dingin tak manusiawi, maka gara-gara insomnia yang semakin parah, kunjungan tadi malam ke salah satu dokter praktek sedikit banyak telah mengubah persepsi Saya tentang dokter.

Dokter Juliana yang berpraktek di diantara Jalan Raya Tuban dan Jalan Bypass Ngurah Rai ini sungguh jauh dari kesan kaku, bahkan kalau boleh dibilang sedikit cerewet.

Bukan cerewet yang nyinyir marah-marah gak jelas ke pasien. Tapi cerewet yang mudah bercengkerama dan berbicara dengan pasien maupun keluarga pasien tentang apa saja. Mulai dari keluhan penyakit yang diderita (yang merupakan tujuan utama pasien berkonsultasi), saran-saran seputar keluhan, sampai berbicara mengenai hal-hal umum yang samasekali tak berhubungan (seperti misalnya membicarakan soal AC, daya listrik, rumah, sampai soal tanah).

Dengan kata lain membuat suasana cair dan sesantai mungkin bagi para pengunjung yang tentu saja sudah lelah mengantre sejak lama. Meski tentu saja sang dokter tak urung juga merasa lelah terkurung di ruangan yang sama dan menghadapi berbagai macam karakter pasien, namun dokter ini tetap saja ramah dan sikapnya tidak berubah, tetap cerewet.

Hal yang berbanding terbalik dengan stereotip dokter yang terkesan dingin, memperlakukan si sakit sebagai komoditi bisnis semata. Hanya tanya sedikit, dan langsung tulis resep obat. Bahkan tak jarang tanpa sedikit pun memeriksa pasien.

Kecerewetan atau mungkin lebih tepat jika ditulis keramahan sang dokter ini tentu sedikit banyak menenangkan saraf pasien dan membuat sang pasien mudah saja menceritakan keluhan-keluhan serta mempercayakan pengobatannya kepada dokter.

Dan meskipun harus lama menunggu, para pasien yang mengantre samasekali tak keberatan. Karena mereka merasa sepadan dengan waktu tunggu yang terbuang, dimana konsultasi  tidak dilakukan secara kilat dan terkesan terburu-buru mengusir pasien.

Saya yang pada dasarnya selalu skeptis pada yang namanya dokter, mendapati diri saya merasa santai menjalani terapi pengobatan dan tak keberatan melakukan pembayaran. Bahkan saya pun tak merasa digurui ketika mendengarkan penjelasan sang dokter tersebut. Karena yang saya rasakan, dokter Juliana ini menggunakan pendekatan seperti berbicara kepada teman ketika memberikan penjelasan mengenai penyakit.

Sungguh berbeda dari pemeriksaan yang pernah saya lakukan di sebuah rumah sakit swasta yang cukup terkenal.

Ah, andai saja semua dokter menghilangkan kesan kaku sok pintar dan lebih menggunakan pendekatan manusiawi kepada pasien-pasiennya...

No comments:

Post a Comment