Tuesday, May 13, 2014

Kejadian Traumatis (atau Phobia..?)

Ngomongin soal trauma gara-gara kejadian kemarin subuh, kalau dipikir-pikir sebenernya gak banyak-banyak amat daftar kejadian traumatis dalam hidupku.

Dan seingatku, kejadian-kejadian yang sanggup membuatku trauma itu bisa dihitung dengan jari. Seperti misalnya : 

  • Kejadian korek api. Gara-gara waktu masih umur 3 tahun, ditinggal sendirian di rumah (ato ketinggalan ya..?) trus mainan korek api jenis pemantik a.ka geretan (itu lho... yang berupa kayu digesek, bukan yang gas). Waktu itu mainnya di dapur. Dan aku sukses nyaris membakar seisi rumah.
    Pas nyoba nyalain korek, api yang tiba-tiba muncul diiringi bunyi yang tiba-tiba terdengar, cukup mengejutkan dan membuat takut anak usia 3 tahun. Karena kaget, refleks itu korek api yang masih menyala langsung dilempar jauh-jauh. Dan korek api itu mendarat disebelah keset yang terbuat dari kain. 
     
    Aku yang ketakutan samasekali tidak berani mendekat, dan hanya memandangi api tersebut seolah itu adalah monster yang mengerikan, meskipun sudah paham kalau korek itu tidak segera disingkirkan, dia akan segera menyambar keset dan menyebabkan kebakaran. 
     
    Tapi untunglah apinya padam tepat sebelum sempat menyambar keset, sementara tubuhku membeku tidak bergerak dan hanya sanggup memandangi dari jauh meski pikiran berlompatan kesana-kemari. 
     
    Trauma akan api bertahan hingga SMP. Dan SMP adalah pertama kalinya aku sanggup menyalakan api sendiri dengan korek api.  
     
    Credit to my uncle. Cuma dia yang sadar kalo aku punya trauma n sabar mendampingi serta mengajari untuk menghadapi n menyembuhkan trauma akan api. Sementara yang lain hanya merasa jengkel denganku yang gak becus nyalain api dan menertawaiku habis-habisan.
     
  • Sepeda dan rel kereta. Hah..? apa maksudnya itu ? Jadi waktu masih kecil, entah usia 4 atau 5 tahun aku lupa. Aku pernah kecelakaan motor ketika dibonceng abah di sekitar JMP (Jembatan Merah Plaza) surabaya.
    Gara-garanya motor abah kesandung bekas rel tua yang melintang di sekitar JMP. Yang kuingat waktu itu aku hanya berbaring, dan badanku kerasa berat, gak bisa gerak. Yang kulihat waktu itu, abah berdiri dan kelihatan cukup jauh dariku. Saat itu diriku yang berumur 4 atau 5 tahun cuma bisa berpikir, "kok abah gak gendong aku ya..? sakit ini..."
     
    Ternyata kata abah, aku tu terbang alias kelempar ma motor, sedangkan abah nyungsep sendiri. Yang aku ingat, cuma mulutnya abah sobek (padahal mah, lukanya abah tu cukup parah. Gak cuman itu doang). 
     
    Aku mau ikut abah gak boleh soalnya abah mesti ke rumah sakit n ke kantor polisi bikin laporan. Jadi aku dianterin pak polisi yang aku samasekali gak bisa ingat wajahnya.
     
    Kondisiku saat itu... kepala bocor sekitar ubun-ubun, punggung sobek dikit (masih ada bekasnya keknya, n kerasa kalo diraba), kaki tangan lecet-lecet, n luka di perut. Tapi masih bisa lari. Soalnya pas lukaku mau dibersihin, aku lari lha wong kerasa perih. Hehe.. 
     
    Hasilnya : aku takut naik sepeda motor meskipun dibonceng (pasti kena pannick attack). Dan tiap kali ada yang menyebutkan kata "JMP" atau "rel" pasti pikiranku berkata, "kecelakaan", "darah ", "jahat" dan sejenisnya dan serta merta badan keringetan n jadi diam.
     
    Trauma ini bertahan sampai akhir SMP-awal SMA gitu. Gak tau kenapa kok lama banget bertahannya. Padahal seiring berjalannya waktu, sebenernya sudah paham kalau JMP itu salah satu mall di Surabaya dan rel itu jalan buat kereta api. 

    Bahkan aku baru bisa naik sepeda pas SMA. Iya, sepeda biasa. Sepeda pancal / sepeda gayung / sepeda angin atau apa pun sebutannya. Dan baru lancar naik sepeda motor beberapa bulan selepas kuliah. Karena 'musuh' yang harus kuhadapi bukan hanya soal keseimbangan tubuh, melainkan juga ingatan-ingatan buruk akan kecelakaan serta pannick attack yang mengintai. Tapi sekarang sudah sembuh total. Cihuy...
     
  • Sungai. Alasannya sepele dan gampang ditebak. Yup, gara-gara pernah nyaris tenggelam di jublang alias empang deket rumah nenek di desa, akhirnya aku takut dan gak bisa berenang samasekali.
     
    Trauma ini cukup lama bertahan. Tapi sekarang udah bisa lah dikit-dikit berenang, pake gaya ngawur yang penting nyampe. Baru 2 tahun yang lalu aku mulai menghadapi trauma ini dan belajar berenang. Sampe sekarang...ya cuma segitu-gitu aja sih perkembangannya. Atau dengan kata lain masih proses. Hehehehe
     
  • Binatang. Entah kenapa, aku gak pernah bisa akur sama yang namanya binatang. Waktu umur 3 tahun, pas pulang habis main aku dikabruk ayam betina milik tetangga yang lagi cari makan di halaman rumahku.
     
    Padahal aku gak ganggu samasekali. Aku cuma mau masuk rumah lewat halaman rumahku sendiri. Yang menginvasi halaman rumah orang itu kan si ayam jahanam itu, lha kok malah dia yang tersinggung aku lewat n aku malah dikabruk
     
    Berikutnya nyaris digigit anjing n dikejar ma anjing sialan pas pulang sekolah. Itu kejadian waktu masih SD. Jadi sampe sekarang aku gak bisa deket-deket ma binatang. Binatang apa aja. Karena mereka itu menggigit, menendang, buang air, ngabruk, meludah, bikin geli, nularin penyakit, dll dsb. 
     
    Kalo ketemu ama binatang, aku pasti milih jalan muter dan menghindar. Dan gue benci setengah mampus sama orang yang samasekali gak pengertian yang jelas-jelas udah tau kalo aku gak suka binatang, malah sengaja membawaku ke tempat dengan banyak binatang liar n terancam rabies dan malah mendekati binatang-binatang itu.


Kejadian-kejadian traumatis tersebut diatas, sebagian sudah sembuh total sedangkan yang lainnya masih bertahan.

No comments:

Post a Comment