sekitar jam 2/3 sore (aku lupa jam berapa tepatnya), usai makan siang tiba-tiba Opa sang
"Ada masalah apa lagi...", gumamku sambil langsung mengambil notes serta pulpen seperti biasanya dan langsung menuju ruangan Opa.
Tidak seperti biasanya, kali ini tiba-tiba Opa menyuruhku menutup pintu.
Wheww.. ada apaan niy... kok keknya serius banget
"Kamu tau, kalau aku nyuruh nutup pintu, itu artinya seseorang dalam masalah"
Hah..?! aku hanya mengernyitkan dahi sambil memandang skeptis.
"Hehehe... becanda.."
zzzzzzzz.......
Begitu selesai menutup pintu dan duduk, tiba-tiba Opa menjatuhkan bom itu.
"I resigned. I'm flying back to XXX 8 november", ujarnya singkat, datar tanpa basa-basi.
errr.... aku butuh beberapa detik untuk mencerna kalimat yang baru saja dia ucapkan.
Karena jujur saja, perhatianku teralihkan oleh mata Opa yang berkaca-kaca.
Dan ketika sebuah pemahaman mulai terbentuk di benakku,
"WHY...?!! WHAT HAPPENED..?!", tanyaku setengah berteriak
Campur aduk antara shock, terkejut, kaget, dan tidak percaya.
Bahkan sempat terpikir kalau sebenarnya perusahaan yang menyarankan Opa supaya mengundurkan diri alias pemutusan sepihak secara halus.
Dan Opa pun menjelaskan alasan-alasannya mengundurkan diri.
Opa juga sudah melakukan meeting dadakan dengan jajaran direksi terkait pemberitahuan pengunduran dirinya.
Dengan kata lain, Opa memberitahuku setelah mengajukan pengunduran diri kepada jajaran direksi.
Walah, ngepet... lha kok kedhisik'an ngene...
Padahal selama ini satu-satunya faktor yang masih mengikatku disini adalah Opa.
Berkali-kali berniat kabur tapi selalu tidak tega meninggalkan pak direktur berjuang sendiri.
"Can I be honest ?", tanyaku seketika.
"Yes, of course"
"Jujur ya, benernya tu aku juga udah dari beberapa bulan yang lalu mau mundur, tapi kutahan-tahan.
Sekalian ngabisin kontrak aja. gak perpanjang lagi. Dan aku udah bingung selama beberapa bulan ini, gimana caranya buat ngasih tau kamu"
"I don't blame you. But please don't leave before I do. or I'll get stress",
Sialan gw gk boleh pergi sebelum dia.
Lah.. sama aja donk, dia pergi gak ada yang bisa diajak diskusi, gak ada yang mengarahkan, gak ada yang ditanyain. Stres-nya di aku la'an..
Dan ujung-ujungnya di dalam ruangan Opa, kita berdua malah jadi saling curhat soal kondisi pekerjaan, manajemen perusahaan, dan budaya yang sudah tidak bisa diubah lagi.
Aku juga cerita soal kebingunganku menyampaikan alasan nanti ke jajaran direksi.
Seperti biasa, sebagai pekerja profesional berlatar belakang Amerika dengan budaya blak-blakan-nya yang terkadang cenderung brutal, Opa menyarankan supaya mengatakan alasan sejujurnya.
Dimana menurutku itu sama saja dengan memakan buah simalakama.
Well, what happens, happens.
Never thought he'll quit. I always thought he's a tough fighter.
But even a tough fighter can also tired and meets a dead end.
After years and years fighting, ignored, produce great result and gain nothing in return.
Bye Opa.
Hopefully you'll success in the new battlefield in your hometown.
You're my mentor, will always be my role model.
Hope I'll meet you again someday somewhere someplace in a better condition.
Bali, 2013-09-27
Rinn
No comments:
Post a Comment