Akhirnya dengan terpaksa Saya mengakhiri
perbincangan seru bak diskusi hutang Negara tadi. Tanpa ragu Saya pun
membeberkan alasan Saya pamit,
“Bro, sik ya aku belet bok*r iki”
“sambung tar lagi. Aku ta’konsentrasi dulu”
Yang membuat sang kawan menyahut,
“Eeeaaaaa... ternyata pancet ae” (ternyata masih sama saja)
“Capoeira sik bro” (Capoeira dulu bro)
Ketika teman Saya mengetikkan kata
tersebut, Capoeira, serta merta ingatan Saya melayang ke beberapa tahun silam...
Tepatnya ketika Saya masih bekerja di kota
kelahiran dan sempat iseng mempelajari beberapa gerakan dasar salah satu cabang
beladiri brazil, Capoeira. Dimana Saya berguru pada salah seorang rekan kantor
yang juga merupakan seorang Maestre atau pelatih Capoeira.
Meskipun dapat melatih secara professional, Maestre satu ini punya sedikit sifat pervert yang sudah akut stadium tiga double kwadrat. Karena itulah beliau bergelar MM alias Maestre Mesum. Sifat mesum-nya dapat
dia tekan ketika berlatih sehingga tidak mengganggu jalannya latihan yang ada.
Akan tetapi diluar itu, ketika sedang kumat, bisa muncul sewaktu-waktu tanpa diduga.
Salah satunya adalah kejadian ketika antre
KM. Kebetulan, meskipun terdapat 2 KM di workshop, rata-rata seluruh pegawai
cenderung lebih memilih KM yang terletak dibelakang. Mungkin dikarenakan
privasi lebih terjaga (baca : kalau bunyi prat prêt prot curr kemungkinannya
kecil untuk didengar orang).
Baru saja masuk KM dengan niatan
membuang kelebihan air didalam tubuh, tiba-tiba pintu sudah digedor-gedor dari
luar. Karena jengkel, Saya pun berseru,
“tar ! Sabar. Ini juga baru masuk ke
KM”, dengan harapan bahwa siapa pun yang menggedor akan maklum dan mengerti.
Namun yang terjadi, sungguh jauh panggang
dari api. Ternyata si MM yang menggedor pintu tadi. Dan tentu saja sifat
isengnya kumat dan Saya tak luput dari kejahilannya.
Sambil tertawa seperti orang gila, dia
masih berseru dari balik pintu,
“Mbuk, kamu ngapain ? Ojo Caldeira ae..” (jangan Caldeira aja)
Yang disambung dengan,
“Caldeira ! Hmph...!!!!”,
ujarnya menirukan
suara ketika dia berada pada mode pelatih yang memberikan instruksi peserta
capoeira. Hanya saja kali ini dia tidak sedang melatih, tapi sedang
menggambarkan bagaimana pose seseorang ketika melakukan gerakan peristaltik
membuang ampas.
Djiamp*t... Djiamp*t... uassemm tenan wong
sitok kuwi.
Dan jatuhlah harkat dan martabak Saya
pemirsa.
Sejak saat itu, di lingkungan kantor
terdapat 1 istilah tambahan baru untuk mendeskripsikan frasa “buang air besar”.
Kalau sebelumnya istilah-istilah yang ada hanya berkisar seputar BAB, pup, bok*r, nabung, nge-bom, nyelengi (bahasa jawa dari
nabung), DuGem (alias duduk gembira di kloset), sampai ngendhog alias bertelur,
sekarang bertambah 1 lagi yakni Caldeira.
Istilah yang boleh dibilang sedikit keren untuk menggambarkan urusan ke belakang ini.
Istilah yang boleh dibilang sedikit keren untuk menggambarkan urusan ke belakang ini.
Note :
Caldeira merupakan salah satu gerakan dasar dalam seni Capoeira. Bentuknya mirip kuda-kuda dengan posisi badan setengah jongkok dan tangan melindungi area depan badan.
No comments:
Post a Comment