Sunday, March 9, 2014

Keseleo Lidah

Alkisah minggu lalu, tepatnya tanggal dua, terdapat seorang pengembara yang pernah keseleo lidah berkunjung ke rumah. Ia hanya sekedar berteduh dan beristirahat sejenak.

Disela-sela rehat, kami saling bertukar cerita tentang apa saja. Budaya, bahasa, tempat wisata, dan lain sebagainya.

Tiba-tiba ia berkata,

"Tadi aku sempat salah bicara ketika mencoba berlatih berbahasa dengan orang-orang di bandara"

"Aku mencoba mengucapkan sesuatu, namun tanpa sengaja lisanku mengatakan sesuatu yang jorok/kasar, yang aku sendiri tidak mengerti apa maknanya".

"Oh ya? ngomong apa?", tanyaku demi memuaskan rasa penasaran akan keseleo lidah yang dialaminya.


"Aku tidak bisa mengingatnya. Karena aku sendiri tidak tahu apa yang kuucapkan saat itu. Tapi mereka bilang bahwa itu kasar/jorok"

"Umm.. tunggu sebentar", ia berujar sambil berusaha keras mencoba mengingat kejadian beberapa jam sebelumnya.

"Ah", tiba-tiba ia teringat.

"Bahasa Indonesia-nya grandma itu .. Ne..nek..?", ragu-ragu ia bertanya seolah takut melakukan kesalahan yang sama.

Ahhh... serta-merta aku pun paham apa yang telah terjadi.

"Kamu tanpa sengaja mengubah huruf 'n' menjadi 'm'".

"Mungkin", jawabnya tak yakin.

Dan aku mencoba menjelaskan bahwa kata yang keluar akibat keseleo lidah tersebut memiliki arti 'vagina' atau alat genital wanita.

Dengan mengerutkan kening ia bertanya,
"dalam pengertian medis atau konotasi negatif?".

Melihat bagaimana reaksi orang, tentu saja makna yang kedua.

Usai bercerita, kami disibukkan menambah perbendaharaan kosakata yang mungkin berguna dalam perjalanannya.

Dia hanya belajar bahasa negara saja karena akan kesulitan jika harus mempelajari bahasa masing-masing daerah di setiap pulau yang ada.

Salah ucap alias keseleo lidah pengembara tersebut membuatku teringat akan seorang sahabat yang karena dekat akhirnya menjadi kerabat.

Dia telah memahami beberapa kosakata bahasa dan telah memiliki kekasih yang merupakan orang Indonesia.

Dalam kunjungan pertamanya ke negeri Garuda, ia singgah ke pulau dewata.

Karena ia orang yang ramah, keinginannya untuk berinteraksi dengan orang lokal begitu membuncah. Setelah mengetahui frasa 'terimakasih' dalam bahasa Bali, dia segera bertegur sapa dengan pengelola penginapan setempat.

Berniat mengucapkan suksma (baca: suksme - huruf 'e' seperti pada kata 'sembilan' yang diucapkan biasa tanpa logat batak), keseleo lidah menjadi suksumu yang tentu saja jauh berbeda makna.

Membuat pengendara mobil sewaannya mengeluarkan suara tercekik akibat menahan tawa, dan kekasihnya pun memalingkan wajah.

"Sayang, yang benar itu suksme, bukan susumu. Susumu itu artinya your boobs...!!!",
ujar kekasihnya mengoreksi dengan muka padam seketika.

Ketika mereka bercerita tatkala kami bersua, seperti biasa tawaku pun berderai.

Namun ternyata kejadian keseleo lidah tersebut tak jua membuatnya jera. Dengan semangat membara dia bersusah payah mengucapkan beberapa patah frasa lokal yang baru diketahuinya.

Dan tentu saja bisa ditebak, keseleo lidah menjadi menu harian hingga membuat sang kekasih yang frustasi menanggung malu akhirnya angkat bicara,

"udah deh, bilang aja thank you atau terimakasih. Mereka juga udah pada ngerti kok. Daripada tar lama-lama kena gampar orang lokal".

No comments:

Post a Comment